![]() |
Kalung Salib Baru: Tanda Kelahiran Baru |
Pada hari Sabtu Suci, aku sebisa mungkin tidak terlalu banyak melakukan aktivitas. Aku lebih banyak mempersiapkan diri dengan mengemas beberapa benda yang harus ku bawa nantinya, seperti Puji Syukur, buku Presensi Calon Baptis (buku berisi informasi katekumen dan tanda tangan kehadiran kelas katekumen, Ekaristi, dan kegiatan Lingkungan), dan juga bingkisan untuk wali baptisku. Setelah semuanya siap, aku berusaha tidur siang agar pada perayaan Malam Paskah, aku tidak mengantuk dan dapat mengikuti rangkaian acara dari awal sampai akhir.
![]() |
Medali Sto. Christophorus: Tanda Penyertaan Santo Pelindung |
Menurut para katekis, tahun-tahun sebelumnya pada saat perayaan Malam Paskah, banyak calon baptis yang jatuh pingsan karena terlalu gugup dan belum makan malam. Misa Malam Paskah durasinya sangat panjang (bisa sampai sekitar 3 jam). Dan dalam hal ini, aku tidak mau menjadi calon baptis pertama yang bukan jatuh pingsan namun ketiduran saat misa. =D
Misa Malam Paskah akan dimulai pukul 21:00. Aku bersama wali baptisku berangkat bersama, dan sampai sekitar 19:45 di gereja. Itu adalah permintaanku agar aku dan wali baptisku berangkat 1,5 jam sebelum misa Malam Paskah dimulai. Diadakan briefing singkat mengenai tata cara pembaptisan. Sebenarnya, hal ini sudah dijelaskan sebelumnya oleh para katekis, namun kali ini juga dijelaskan secara langsung kepada wali baptis.
Misa Malam Paskah dimulai dengan Upacara Cahaya. Seluruh lampu gereja dimatikan, lilin-lilin umat (diambil sebelum masuk gereja, di pintu gerbang) belum dinyalakan. Melalui speaker, aku bisa mendengar Pastor berkata-kata namun dia berada di luar gereja. Pastor memberkati (kalau berdasarkan buku liturgi Pekan Suci, lilin Paskah itu digores oleh Pastor sesuai urutan, namun aku tidak melihatnya karena Pastor ada di luar gereja) lilin Paskah yang sangat tinggi dan besar itu. Termasuk apinya pun diberkati. Apinya dibagikan kepada umat untuk menyalakan lilin masing-masing melalui lilin-lilin lain oleh petugas tata tertib dan misdinar. Lilin tersebut juga diarak dan pada saat tertentu, umat berlutut (kurang lebih sama seperti perarakan Sakramen Mahakudus pada Kamis Putih dan perarakan salib pada Jumat Agung).
Kemudian, ada Pujian Paskah. Bagiku, Pujian Paskah ini mirip dengan Mazmur Tanggapan (mirip bukan berarti sama), karena ada pada bagian tertentu umat menanggapi pujian tersebut. Pujian Paskah dibawakan dengan nada yang mirip dengan Prefasi (perkataan yang dikatakan Pastor sebelum menyanyikan Kudus). Yang membawakan Pujian Paskah waktu itu adalah seorang frater.
Saat Liturgi Sabda, lampu dinyalakan dan lilin umat dimatikan (lilin Paskah yang besar itu tetap menyala). Bacaan yang dibacakan lebih banyak dari misa biasa, yakni terdapat 3 Bacaan Perjanjian Lama, 4 Mazmur Tanggapan, Bacaan Epistola, dan Bacaan Injil. Setelah homili, pembaptisan dilaksanakan, diawali dengan pemberkatan air baptis dan Litani Para Kudus.
Aku cukup gugup saat itu namun tetap aku tetap dapat melaksanakan semuanya dengan baik. Akhirnya, saat air baptis itu dituangkan 3 kali di kepalaku, aku menjadi umat Katolik. Aku sungguh bangga dan senang, usahaku selama 1 tahun tidak sia-sia sama sekali, bahkan aku berhasil dengan baik. Kemudian aku diurapi dengan minyak di ubun-ubun (Sakramen Penguatan terpisah di gerejaku), diberikan kain putih, dan lilin baptis.
Aku juga menerima Komuni Pertamaku. Dari awal, aku sempat "iri" melihat mereka yang sudah bisa menerima Komuni sedangkan aku hanya duduk diam, sekarang aku bisa ikut serta dengan mereka menerima Komuni.
Sepulang dari gereja, aku memberikan hadiah kepada wali baptisku sebagai tanda terima kasihku. Aku pulang dengan perasaan bangga dan sangat senang, tetap bersemangat walaupun sudah tengah malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar