Minggu, 25 Desember 2016

Selamat Natal!

Gua Natal Kecil
Selamat Natal semuanya, baik yang sudah merayakan ataupun yang akan merayakan (pasti tahu apa maksudku). Semoga damai sejahtera dari Kristus Yesus, Juruselamat yang telah lahir, menyertai kita sekalian. Amin.

Tanggal 24 Desember kemarin, aku mengikuti misa Malam Natal di gerejaku. Suasananya sungguh agung. Ini adalah kali pertama aku mengikuti misa Malam Natal, sehingga masih ada beberapa hal yang cukup asing bagiku.

Sebelum misa dimulai, dilakukan Perarakan Kanak-Kanak Yesus ke Gua Natal (bukan foto yang di atas). Tata caranya masih asing bagiku. Lampu-lampu dimatikan sehingga memberi kesan sakral. Setelah itu koor menyanyikan lagu-lagu natal dengan suara yang sungguh merdu. Pada bagian Kemuliaan (Gloria in excelsis Deo), dinyanyikan sambil dibunyikan lonceng-lonceng. Suasana bertambah agung. Kemudian dilanjutkan misa seperti biasa.

Misa kali ini gereja sungguh ramai. Aku sudah datang 1 jam sebelum misa dimulai, namun aku hampir saja tidak dapat tempat di dalam gereja. Memang masih ada tempat di luar gereja, tetapi kalau di luar kan gak kerasa misanya.

Homili dari Romo juga cukup menarik, bahwa nilai kesakralan Natal sudah bergeser akibat modernisasi. "Esensi Natal adalah Kelahiran Yesus, itu saja," kata Romo saat homili. Kini, Natal lebih dikaitkan dengan keglamoran dan kemewahan, sedangkan Tuhan saja dengan rendah hati mengambil wujud manusia, bahkan lahir di kandang domba.

Sungguh, kali ini aku baru merasakan Natal yang lebih bermakna dari biasanya. Berkat homili dari  Romo di Malam Natal, aku semakin memahami makna Natal yang sejati.

Tambahan: 24 Desember kemarin, aku menyelesaikan tugas setahun menyalin Injil Markus!

Minggu, 11 Desember 2016

Saat Ini

Kalung Salibku
Halo semua. Maaf sekali belakangan ini aku jarang sekali update blog ini. Aku baru saja menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS) yang berakhir tanggal 7 Desember kemarin. Doakan aku agar hasilnya memuaskan sepadan dengan segala usaha dan persiapan yang aku lakukan. Amin.

Oh iya, nilai Ujian Katekumen I -ku 100! Sekarang aku buktikan buat pembaca sekalian bahwa ujian tertulis ini bukan hal yang perlu ditakutkan dalam proses pembelajaran katekumen. Tetapi yang lebih berat adalah ujian hidup.

Jujur saja sekarang aku mulai bosan dengan katekumen yang sudah ku hadiri sejak Mei lalu. Padahal, pelajaran ini selesai bulan April 2017. Masih cukup panjang, bukan? Karena itu sering kali aku semakin berat untuk pergi ke kelas katekumen (perlu dicatat aku bukan malas misa). Selain itu, kondisi kelas dimana hanya aku yang masih siswa sekolah menyebabkan aku hanya kelihatan sebagai "bawahan" pelajar-pelajar di kelasku. Kadang sulit sekali untuk menolak permintaan mereka seperti foto catatan, remote AC, dan sebagainya berhubung mereka lebih tua dariku.

Tetapi sekalipun mereka lebih tua dariku, bukan berarti mereka lebih daripadaku saat pelajaran. Aku telah membuktikan lagi bahwa usia bukanlah halangan untuk menjadi yang terbaik. Sekalipun masih remaja, dalam hal katekumen ini aku sekurang-kurangnya lebih satu langkah di atas orang-orang dewasa di kelas. Karena itu, para pembaca yang berniat untuk ikut serta dalam kelas katekumen yang usianya sepantaran dengan saya (bukan anak-anak, bukan dewasa), jangan ragu untuk mengemukakan pendapat dan tunjukkan bahwa bukan usia yang menentukan pengetahuan ataupun kebijaksanaan, melainkan usaha, niat, dan pengalaman.

Tetapi sekali lagi pengetahuan bukanlah apa-apa dalam pelajaran katekumen. Esensi katekumen adalah pembinaan panggilan, bukan pengetahuan. Di sini para pelajar akan dibekali agar mampu menjawab panggilan dari Tuhan sendiri untuk menjadi umat-Nya. Jadi apabila pengetahuan para pembaca sekalian mengenai Katolik belum dalam, jangan berkecil hati. Sejalan dengan proses waktu, Tuhan akan membimbing secara langsung, agar semakin mengenal Dia dan mengenal kasih-Nya yang luar biasa.

Sampai di sini dulu ya, sampai ketemu di entri berikutnya!