Minggu, 05 Mei 2019

Kisah Persiapan Sakramen Penguatan

Patung Yesus Kerahiman Ilahi dari Antonius
Setelah baptis pada tanggal 15 April 2017 lalu, selama masa Paskah, tidak ada kelas mistagogi. Kelas mistagogi akan dimulai bersamaan para simpatisan (calon katekumen) baru yang akan masuk. Jadi, masa Paskah aku habiskan untuk mengikuti Ekaristi harian ataupun mingguan.

Saat itu, aku mulai mempraktikkan pengakuan dosa. Setelah meminta saran dari Antonius, sahabatku, aku melakukan pengakuan dosa sebulan sekali, seperti yang dilakukan neneknya. Neneknya berdasarkan ceritanya, adalah seorang yang sangat religius. Doa paginya saja 77 Bapa Kami. Wow!

Jujur saja, selama mistagogi tidak ada banyak hal yang terjadi. Hanya saja kami lebih banyak berdoa dan berpraktik dibanding sekedar belajar seperti di masa katekumenat dulu. Pada pertemuan terakhir, aku menerima surat baptisku.

Sesudah itu, aku nekat langsung mendaftarkan diri untuk persiapan Sakramen Penguatan (banyak sih yang daftar dari angkatanku). Nekat karena salah satu syaratnya adalah "merupakan warga Gereja Katolik minimal 1 tahun", sedangkan saat itu aku baru sekitar 3 bulan menjadi orang Katolik. Tetapi tidak ada yang menghalangiku, semua berjalan lancar saja.

Kelas persiapan Sakramen Penguatan lebih menyenangkan buatku dibanding katekumen dulu, karena teman sekelasku semuanya seumuran (walaupun aku yang paling tua di kelas, aku kelas 12 SMA waktu itu). Cara belajarnya pun mirip dengan sekolah. Hanya saja, buat para pembaca yang dewasa, aku tidak bisa menjelaskan bagaimana dengan kelas dewasa karena aku masuk kelas remaja.

Salah satu hal yang paling berkesan adalah ketika melaksanakan tugas "Kerja Nyata". Dalam tugas ini, kami harus melakukan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Kelompokku punya ide untuk membantu mengajar di salah satu rumah cerdas di daerah sekitar tempat tinggalku. Aku pun setuju. (Catatan: dan ketika itu aku sadar, bahwa aku gak bisa ngomong sama anak kecil :D)

Akhirnya pada tanggal 22 Oktober 2017, aku menerima Sakramen Penguatan. Namun sayang sekali, yang menerimakan sakramen waktu itu bukan uskup, melainkan vikjen. Nama vikjen itu adalah Christophorus Tri Harsono, yang kini menjadi Uskup Purwokerto.

Setelah rangkaian Sakramen Inisiasi selesai, aku mulai harus bertekun dalam pelayanan dan hidup doaku pribadi. Aku harus tetap rajin mengaku dosa, rajin berdoa, dan terus menggali makna kehidupan melalui doa dan devosi gerejawi.

Beberapa lama sesudah penerimaan Sakramen Penguatan, Antonius memberikanku patung di atas. Patung itu seakan menjadi pertanda di masa mendatang, sebab kini aku sungguh mengagumi Santa Faustina Kowalska dan sering (tidak selalu) mendaraskan doa Koronka.

Jumat, 03 Mei 2019

Aku Kembali Gaes :)

Wow, sudah 2 tahun aku tidak mengupdate blog ini. Sudah sangat berdebu ya rupanya, hehe :).

Sebenarnya alasan awal aku menulis blog ini adalah untuk mencatat pengalamanku selama persiapan baptis hingga dibaptis sebagai wujud syukurku dan sebagai pewartaan kecil, supaya orang lain yang ingin menjadi Katolik tidak ragu-ragu lagi, bisa membaca pengalamanku yang detail namun tidak rumit.

Namun sekarang, aku tiba-tiba teringat blog ini, dan aku ingin lanjut menuliskannya dengan pengalaman rohani yang aku lalui dan terutama, kisah singkatku semasa persiapan penerimaan Sakramen Penguatan.

Semoga apa yang aku tulis ini bisa bermanfaat buat para pembaca sekalian. Tuhan memberkati.